Pemuda Ini Nekat Bisnis Kopi Hinggai Tembus Pasar Dubai Hingga Prancis


JAKARTA, GURINDAM. TV– Perjalanan hidup Slamet yang penuh rintangan menjadikannya sebagai salah satu sosok inspiratif, terutama bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi.

Tidak semua orang mampu mengatasi keterbatasan ekonomi, kesehatan dan pendidikan untuk meraih kesuksesan. Namun, Slamet Wahyuni, pemuda dari Dusun Babadan II, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini berhasil mengubah nasib dan kehidupannya.

Perjalanan hidup Slamet yang penuh rintangan menjadikannya sebagai salah satu sosok inspiratif, terutama bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi. Berawal dari sakit-sakitan dan putus sekolah, kini dia menjadi pengusaha sukses dengan produk kopi “Babadan Merapi Coffee” yang tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga diekspor hingga ke Dubai, Prancis, dan Amerika Serikat.

Keterbatasan modal tak menjadi penghalang bagi Slamet untuk memulai usaha. Awalnya, dia memulai dengan modal Rp0 dan hanya memproduksi empat bungkus kopi tanpa merek. Kopi tersebut kemudian dipromosikan melalui WhatsApp, rupanya respons dari teman-teman dan orang-orang di sekitar sangat positif.

Tidak sedikit yang tertarik mencoba produknya, dan permintaan pun mulai meningkat secara bertahap. Dari empat bungkus, dia mulai menerima pesanan puluhan hingga ratusan bungkus kopi dalam berbagai ukuran.

Pernah Sakit-Sakitan dan Putus Sekolah

Sejak kecil, Slamet harus menghadapi tantangan besar, termasuk masalah kesehatan yang mengakibatkan dirinya sempat putus sekolah. Saat itu, Slamet sering kali jatuh sakit. Kondisinya yang lemah ini memburuk selama hampir 12 tahun, mulai dari usia 7 tahun hingga akhirnya berangsur sembuh di usia 19 tahun .

Selama masa-masa sulit tersebut, dia bahkan harus meninggalkan sekolah formal dan menempuh pendidikan melalui jalur paket. Kesulitan ini tak hanya menantang kesehatan fisiknya, tetapi juga mempengaruhi finansial keluarganya.

Namun, tekadnya yang kuat untuk meraih pendidikan tetap tumbuh di tengah keterbatasan tersebut. Bahkan di saat dia kesulitan biaya untuk bensin ke sekolah, semangatnya tak pernah surut.

Di sela-sela kesembuhannya, Slamet mulai belajar tentang kopi dan bertani di lereng Gunung Merapi. Pada akhirnya, dia menemukan harapan baru dalam bidang ini.

 

 

Budidaya Kopi di Lahan 2 Hektare

Slamet bahkan menceritakan bahwa dirinya tidak langsung berorientasi pada keuntungan besar. Dia fokus membangun pasar dan kepercayaan konsumen terlebih dahulu.

Berkat ketekunan dan konsistensinya dalam menjaga kualitas kopi, saat ini dia mampu menjual hingga 50 bungkus per bulan ke berbagai wilayah, termasuk pengiriman rutin ke luar pulau dan ke luar negeri. Kafe-kafe di daerah Magelang dan Yogyakarta juga mulai tertarik memasukkan Babadan Merapi Coffee dalam menu mereka.

Dengan lahan kopi Arabica seluas sekitar dua hektare di kaki Gunung Merapi, Slamet bersama keluarganya mulai serius mengelola kebun kopinya pada tahun 2019. Sebagai ketua kelompok tani, ayahnya mendorong pengembangan pertanian kopi Arabica di dusun tersebut. Namun, meski tumbuh besar di tengah kebun kopi, Slamet awalnya kurang memahami proses pengolahan kopi secara menyeluruh.

Beruntung, dukungan dari Dinas Pertanian dan penyuluhan dari pemerintah membuka wawasan Slamet tentang budidaya dan proses pascapanen yang berkualitas. Dia pun mengikuti berbagai pelatihan yang diajarkan, mulai dari tahap pembibitan, pemetikan buah yang sudah matang, hingga teknik pengolahan kopi pasca panen.

“Dua sumber ilmu terbaik adalah pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain yang sudah lebih dulu memahami seluk-beluk kopi,” ujar Slamet dalam tayangan YouTube Lempar Dadu, Jumat (1/11).

 

 

Proses Produksi Kopi

Proses produksi Babadan Merapi Coffee membutuhkan ketelatenan. Setelah biji kopi matang dipetik, buah kopi melewati proses penjemuran selama 20-30 hari di bawah sinar matahari.

Hal tersebut bertujuan untuk mengeringkan buah kopi agar siap untuk proses selanjutnya. Setelah kering, biji kopi disortir dengan cermat untuk memisahkan biji yang berkualitas baik dari biji yang tidak memenuhi standar.

Proses roasting dilakukan secara mandiri menggunakan mesin roasting khusus yang diimpor. Slamet menekankan bahwa semua proses ini bertujuan untuk menjaga cita rasa kopi Arabica Merapi yang dikenal memiliki karakter fruity dan sedikit asam yang khas.

Menjalankan usaha di daerah pegunungan tidaklah mudah. Salah satu kendala terbesar yang dihadapi Slamet adalah transportasi. Lokasi Babadan Merapi Coffee berada sekitar lima kilometer dari puncak Gunung Merapi, dan akses ke perkotaan membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Untuk mengirim pesanan keluar kota, saya harus turun sekitar 15 kilometer dari lereng gunung. Ini menyulitkan ketika ada permintaan dalam jumlah besar dan waktu yang mendesak,” jelasnya.

Selain itu, Slamet juga menghadapi tantangan dalam edukasi pasar mengenai kopi Arabica. Banyak masyarakat yang kurang familiar dengan cita rasa kopi Arabica yang lebih asam dibandingkan kopi Robusta yang umumnya lebih pahit.

Kendati demikian, dia tetap konsisten memberikan edukasi tentang berbagai jenis kopi, termasuk perbedaan antara Arabica, Robusta, Excelsa, dan Liberica. Berkat edukasi yang konsisten, konsumen mulai memahami bahwa kopi Arabica, meski berkarakter asam, memiliki rasa yang unik dan bernilai tinggi.

Keberhasilan Slamet tidak terlepas dari dukungan keluarga dan petani lokal di Dusun Babadan. Dia menjalin kerja sama erat dengan para petani kopi di sekitarnya.

Menurutnya, kesejahteraan para petani adalah salah satu prioritas utama. Dalam setiap musim panen, Slamet tidak pernah memonopoli hasil pertanian kopi.

Dia dan para petani bekerja sama dalam pembagian tugas. Para petani bertugas merawat dan memanen kopi, sedangkan Slamet bertanggung jawab untuk memasarkan dan menjual kopi tersebut.

Kerja sama yang baik ini menjadi kunci keberhasilan Babadan Merapi Coffee. Dengan demikian para petani tidak hanya mendapat penghasilan tetap, tetapi juga memperoleh penghasilan yang layak untuk hasil jerih payah mereka dalam merawat kopi Arabica berkualitas tinggi.

Babadan Merapi Coffee di Pasar Internasional

Berawal dari usaha kecil, kini Babadan Merapi Coffee telah merambah pasar internasional. Kopi produksi Slamet telah dikirim ke berbagai negara, termasuk Dubai, Prancis, dan Amerika Serikat. Tidak hanya itu, banyak wisatawan asing yang berkunjung ke kedai Babadan Merapi Coffee untuk menikmati kopi khas Merapi secara langsung.

Melalui media sosial, Slamet semakin gencar mempromosikan produknya. Strategi pemasaran online membantunya memperluas jangkauan konsumen, dari kalangan lokal hingga mancanegara. Menurutnya, konsumen yang telah mencoba kopi Babadan Merapi Coffee memberikan respon yang sangat positif, bahkan tidak sedikit yang menjadi pelanggan tetap.

Slamet menyadari bahwa keberhasilannya saat ini bukanlah alasan untuk berpuas diri. Dia memiliki prinsip untuk selalu rendah hati dalam menghadapi kesuksesan dan tetap bersemangat menghadapi tantangan.

“Tidak perlu terlalu bangga ketika penjualan tinggi dan tidak perlu kecewa saat penjualan turun. Yang terpenting adalah konsistensi dalam kualitas produk dan pelayanan,” tegas Slamet.

Bagi Slamet, kopi bukan hanya sekadar bisnis, tetapi juga bentuk kontribusinya untuk meningkatkan perekonomian di daerahnya. Slamet berharap Babadan Merapi Coffee dapat menjadi ikon kopi lokal yang dikenal luas dan terus berkembang. ( Med/ Pit )

 

 

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *