TANJUNGPINANG, GURINDAM.TV — Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, belum lama ini mengatakan Ibu Kota Tanjungpinang Provinsi Kepri Sepi.Makna sepi yang diutarakan peabat tinggi nomor wahid di Kepri tersebut seakan Kota Segantang lada ini bagaikan kuburankah..? Gelap gulitakah…? atau kurangnya daya tarik wisatawan asing ke Tanjungpinang.
Entah apa maksudnya Gubernur Ansar Ahmad dengan mudah melontarkan hal tersebut sehingga menjadi tanda tanya besar Publik. Apakah karena ingin menata taman gurindam 12 ke pihak swasta…? atau berasumsi tak mampu-nya pejabat daerah menggelola kota Tanjungpinang mendatangkan wisatawan kesini.
Agar Kota Tanjungpinang dilirik pengunjung wisatwan asing, ternyata Gubernur Ansar Ahmad bertekad menjadikan Tanjungpinang sebagai magnet pariwisata. Berbagai upaya pengembangan Wisata Tanjungpinang, termasuk pembangunan Monumen Bahasa, yang digencarkan.
Sebagaimana diketahui, Pembangunan monumen Tugu Bahasa Melayu ( MBM ) di Pulau Penyengat Tanjungpinang yang saat ini menjadi proyeksi pembangunan lanjutan Gubernur Ansar ahmad.
Padahal, proyek pembangunan Monumen Bahasa Melayu (MBM) di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang mempunyai rekam jejak jelek, selain ada kasus dugaan korupsi proyek pembangunan Monumen Bahasa Melayu (MBM) di Pulau Penyengat, sejumlah pejebat kepri dan kontraktor ditetapkan tersangka dijebloskan penjara.
Kasus dugaan korupsi proyek pembangunan Monumen Bahasa Melayu (MBM) di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Setelah sebelumnya sempat ‘mangkrak dan mengendap’ di Kejaksaan Tinggi Kepri, dugaan korupsi megaproyek yang menelan dana Rp 12,5 milliar dari APBD 2014 itu diusut Direskrimsus Polda Kepri.
Seejumlah pihak diperiksa
Direktur Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kepri Kombes Pol.Rustam Mansur mengatakan, pihaknya memproses dan melakukan penyelidikan dugaan korupsi monuman bahasa yang mangkrak tersebut saat ini.
Lanjutnya, Penyidik Direskrimusus Polda Kepri telah memanggil dan memeriksa beberapa saksi yang telah diperiksa.
Di tempat terpisah, Kepala Inspektorat Provinsi Kepri saat itu, Mizar Bahtiar mengaku, juga turut diperiksa sebagai saksi dalam kasus tersebut.
Mirza Bhatiar mengaku telah membeberkan kronologis pelaksanaan proyek, penghentian pekerjaan serta audit konstruksi internal yang dilakukan Inspektorat Provinsi Kepri dan BPKP atas proyek tersebut.
“Saya diperiksa dan dimintai keterangan dua minggu lalu di Polda Kepri. Dimintai keterangan terkait hasil audit konstruksi internal yang sebelumnya telah dilakukan atas proyek ini. Tentu kami menghargai proses hukum yang berjalan,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Proyek Monumen Bahasa Melayu (MBM) di Pulau Penyengat, dialokasikan sebesar Rp 12,5 milliar dari APBD 2014 melalui DIPA dinas Kebudayaan Provinsi Kepri.
Setelah melalui proses tender, Pokja Unit Layanan Pengandaan (ULP) Provinsi Kepri saat itu, memenangkan Yaser selaku pihak ke tiga yang meminjam PT Sumber Tenaga Baru (STB) milik Yunus.
Kontrak pekerjaan, ditandatangani Arifin Nasir selaku Pengguna Anggaran (PA) merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Setelah penandatanganan kontrak, Yaser mengajukan pencairan dana uang muka 20 persen atau senilai Rp 2 milliar lebih dari nilai kontrak.
Namun hingga akhir masa pelaksanaan, Yaser sebagai konraktor pelaksana mengilang, dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya.
Akibatnya, Mantan kepala dinas Kebudayaan Arifin Nasir selaku Pengguna Anggaran (PA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek memutus kontrak serta memberi sanksi dan blacklist PT Sumber Tenaga Baru (STB ). Perusahaan tersebut juga diwajibkan untuk mengembalikan jaminan uang muka serta pinalti denda atas proyek.
Dari hasil audit konstruksi internal Inspektorat Provinsi Kepri dan BPKP, kala itu disimpulkan, total progres pekerjaan proyek masih nol persen.
Sayangnya, hingga saat ini pengembalian dana jaminan pencairan uang muka 20 persen dari nilai kontrak proyek, serta denda pinalti atas tidak siapnya Proyek Monumen Bahasa Melayu Penyengat ini, tidak pernah di kembalikan Yaser dan Yunus selaku kontraktor dan pemilik perusahan.
Mirza juga mengaku, dirinya dimintai keterangan oleh Penyidik Polda terkait dengan jaminan uang muka serta dana jaminan pelaksanaan proyek yang hingga saat ini belum dikembalian kontraktor dan pemilik perusahaan itu ke kas daerah.
Kepala Inspektorat ini menambahkan, kasus mangkraknya proyek Monumen Bahasa Melayu di Penyengat itu dilirik Polda kembali, setelah sebelumnya ada penanganan dari Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
“Namun hasil rekomendasi dan keputusan APIP atas proyek ini, ternyata tidak berjalan. Hal itu dibuktikan atas tidak adanya pengembalian dana Jaminan uang muka serta denda pinalti yang dilakukan oleh kontraktor,” ujarnya.
Ibu Kota Tanjungpinang “Sepi” di katakan Gubernur Ansar Ahmad, Monumen Tugu Bahasa Kedepanya di Bangun Kembali
Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ansar Ahmad, secara tegas menyatakan komitmennya untuk mengubah wajah Kota Tanjungpinang menjadi destinasi pariwisata unggulan. Pernyataan ini disampaikan Ansar di Tanjungpinang, menyoroti potensi besar yang belum sepenuhnya tergali dari ibu kota provinsi ini. Beliau berambisi menjadikan kota ini sebagai magnet bagi kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Inisiatif strategis ini muncul sebagai respons terhadap kondisi Tanjungpinang yang dinilai relatif lebih sepi dibandingkan ibu kota provinsi lainnya di Indonesia. Ansar menekankan urgensi adanya gebrakan baru untuk meningkatkan kunjungan wisatawan secara signifikan. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang kuat terhadap pertumbuhan perekonomian daerah setempat.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Provinsi Kepri telah menyiapkan serangkaian strategi komprehensif yang berfokus pada pengembangan infrastruktur wisata. Upaya ini mencakup pembenahan fasilitas serta pengembangan ikon-ikon baru yang menarik. Fokus utama adalah mempercantik kota agar semakin berkembang dan maju sebagai pusat wisata Tanjungpinang yang diminati.
Revitalisasi Kawasan Wisata Unggulan
Salah satu fokus utama adalah pembenahan kawasan wisata Taman Gurindam 12. Pemprov Kepri terus berupaya menata area ini melalui skema kerja sama dengan pihak swasta. Tujuannya adalah membangun gedung-gedung kuliner bermerek yang modern dan menarik pengunjung.
“Kawasan ini perlu ditata lebih baik biar ada daya tarik orang datang ke Tanjungpinang, khususnya Taman Gurindam 12,” ujar Ansar. Sebagian area akan dilelang kepada pihak ketiga untuk pembangunan tersebut. Penataan ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisata Tanjungpinang.
Selain Gurindam 12, Pemprov Kepri juga berhasil melakukan transformasi signifikan pada pusat kuliner legendaris Akau Potong Lembu. Kawasan ini kini tampil dengan wajah yang lebih kekinian dan menarik. Perubahan tersebut terbukti efektif dalam menarik banyak pengunjung setiap malamnya.
Gubernur Ansar menegaskan pentingnya peningkatan daya tarik wisata di Tanjungpinang. “Kalau tidak bagaimana kita mau membawa turis-turis asing dari Lagoi-Bintan berkunjung kemari,” ucapnya. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya inovasi dalam pengembangan wisata Tanjungpinang.
Ikon Sejarah dan Penataan Kota Lama
Proyek lain yang digesa adalah pembangunan Monumen Bahasa di Pulau Penyengat. Monumen ini diproyeksikan menjadi ikon wisata sejarah yang vital. Pulau Penyengat merupakan lokasi bersejarah lahirnya Bahasa Persatuan Nasional, Bahasa Indonesia.
Pembangunan Monumen Bahasa ini mendapatkan dukungan dana APBN sekitar Rp20 miliar. Dana tersebut disalurkan melalui Kementerian Kebudayaan RI. “Mudah-mudahan tahun depan sudah mulai dibangun,” kata Ansar, menunjukkan optimisme terhadap proyek ini.
Pemprov Kepri berencana menata pasar tradisional di kawasan Kota Lama Tanjungpinang. Konsep penataan ini akan menyerupai pasar-pasar di Melaka, Malaysia. Tujuannya adalah menjadikannya pusat perbelanjaan sekaligus objek wisata bersejarah yang menarik bagi pengunjung wisata Tanjungpinang.
Gubernur Ansar turut mengajak Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk berkolaborasi menata pusat ibu kota. Kolaborasi ini diharapkan dapat menggeliatkan ekonomi masyarakat, khususnya melalui sektor pariwisata. Apalagi, Tanjungpinang merupakan salah satu pintu masuk utama kunjungan wisatawan mancanegara ke Kepri.
Dengan berbagai inisiatif strategis ini, Gubernur Ansar Ahmad optimis bahwa wisata Tanjungpinang akan mengalami lonjakan signifikan. Fokus pada keindahan alam, sejarah, dan kuliner diharapkan mampu menarik lebih banyak wisatawan. Upaya ini merupakan langkah konkret pemerintah daerah untuk memajukan perekonomian dan citra Kota Gurindam di kancah nasional maupun internasional.
Jumat (03/10/2025 ) kemarin, Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad memimpin rapat pemaparan Detail Engineering Design (DED) pembangunan Monumen Bahasa Nasional Pulau Penyengat di Gedung Daerah, Tanjungpinang.
Rapat ini menjadi momentum penting dalam menyatukan pandangan berbagai pihak untuk memastikan pembangunan monumen berjalan matang dan bermakna.
Turut hadir Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri Raja Al Hafiz, para kepala OPD, tokoh masyarakat, akademisi, serta sejumlah stakeholder terkait.
Pemaparan DED dilakukan oleh Konsultan PT. Saranabudi Prakarsa Ripta KSO PT. Mirazh Internasional Consultant, yang mencakup konteks kawasan, desain siteplan, rancangan bangunan, hingga tampilan perspektif dan animasi.
Gubernur Ansar menyampaikan bahwa forum ini digelar sebagai ruang terbuka untuk menerima masukan konstruktif.
“Kita sengaja mengundang semua pihak agar pembangunan monumen ini benar-benar matang. Semua saran tadi sangat mendasar dan akan kami tindak lanjuti. Saya minta Dinas PUPR bersama konsultan menyempurnakan desain berdasarkan masukan malam ini,” ujarnya.
Gubernur juga menegaskan pentingnya belajar dari pengalaman masa lalu agar proses pembangunan tidak mengalami hambatan.
“Kita harus jaga betul agar tidak terulang seperti pembangunan yang sempat batal. Ini ide besar yang saya lanjutkan dari pendahulu. Mari kita kawal bersama agar cita-cita mempertegas bahwa cikal bakal Bahasa Indonesia berasal dari Kepri dapat diwujudkan melalui Monumen Bahasa ini,” tegas Ansar.
Berbagai pihak memberikan pandangan penting dalam pemaparan DED tersebut.
Kepala Balai Pelestarian Budaya Wilayah IV, Jumhari, menyatakan dukungan penuh Kementerian Kebudayaan.
“Tugu Bahasa tidak hanya simbolis, tapi juga harus memberi manfaat kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan aturan dan norma cagar budaya,” ujarnya.
Ia juga berharap tim ahli cagar budaya dan kementerian terkait dapat memberi dukungan sarana dan prasarana.
Dari Balai Penataan Bangunan Prasarana dan Kawasan Provinsi Kepri, perwakilan Satker Pelaksanaan Cipta Karya menyoroti pentingnya perhitungan kebutuhan listrik dalam desain agar proses pembangunan lebih komprehensif.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kepri, Abdul Malik, mengingatkan bahwa gagasan pembangunan monumen ini telah lama bergulir.
“Tahun 2009 kita datangkan pakar, dilanjutkan seminar pada 2010, semua merekomendasikan perlunya monumen yang mengabadikan jejak Raja Ali Haji dan peran Pulau Penyengat sebagai asal muasal Bahasa Indonesia,” pungkasnya.
Abdul Malik juga mengingatkan negara lain seperti Turkmenistan bahkan sudah mendirikan monumen Raja Ali Haji.
“Dunia menghargai. Saatnya kita juga menunjukkan kepedulian terhadap bahasa dan budaya kita sendiri,” tambahnya.
Perwakilan STISIPOL Tanjungpinang, Zamzami, menambahkan pentingnya pelibatan masyarakat.
“Secara filosofi tidak ada masalah. Namun, karena monumen ini merupakan struktur baru di Pulau Penyengat, perlu melibatkan lebih banyak stakeholder agar tidak ada penolakan setelah pembangunan selesai,” ucapnya.
Pembangunan Monumen Bahasa Nasional Pulau Penyengat ini diharapkan menjadi simbol kebanggaan masyarakat Kepri sekaligus pengingat sejarah penting lahirnya Bahasa Indonesia dari Bahasa Melayu. (Pit/Net/Red)
No comment