Singapure Stop Impor Ribuan Babi Hidup Dari Pulau Bulan Batam


BATAM, GUTINDAM.TV -— Ekspor babi hidup ke Singapura dari peternakan Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau, dihentikan sementara. Badan Pengawas Makanan Singapura menemukan ternak yang dikirim dari Pulau Bulan terjangkit virus demam babi Afrika. Padahal, peternakan babi terbesar di Indonesia itu menyuplai 15 persen kebutuhan daging babi bagi warga Singapura.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan Kepulauan Riau Rika Azmi, Senin (24/4/2023), mengatakan, petugas akan segera turun ke Pulau Bulan untuk memverifikasi dugaan merebaknya virus demam babi Afrika (African swine fever/ASF) di peternakan tersebut.

Tim itu terdiri dari petugas Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, dan petugas Balai Veteriner Bukittingi.

”Selama tiga hari ke depan, tim akan melakukan surveilans dan menyusun langkah-langkah pengawasan dan pengendalian,” kata Rika.

Sebelumnya, Badan Pengawas Makanan Singapura (Singapore Food Agency/SFA) menyatakan, babi hidup yang dikirim dari Pulau Bulan pada 19 April 2023 terjangkit ASF. Ini temuan pertama babi yang diimpor Singapura terjangkit ASF.

Menurut SFA, peternakan di Pulau Bulan menyuplai 15 persen kebutuhan daging babi untuk konsumsi warga di Singapura. Penghentian impor daging babi dari Pulau Bulan bakal menyebabkan disrupsi suplai pangan di negara dengan 5,45 juta penduduk itu.

Peternakan babi di Pulau Bulan merupakan yang terbesar di Indonesia dengan populasi ternak lebih dari 230.000 ekor. Setiap hari, rata-rata 1.000 babi siap potong diekspor ke Singapura. Data Badan Karantina Pertanian menunjukkan, sepanjang 2018, peternakan itu mengekspor 271.000 babi yang bernilai sekitar Rp 1,1 triliun.

”Ekspor babi hidup dari Pulau Bulan ke Singapura dilakukan setiap hari. Ekspor yang terakhir dilakukan pada 19 April,” ujar Rika.

Secara terpisah, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang Aris Hadiyono mengatakan, peternakan di Pulau Bulan dikelola PT Indotirta Suaka dengan biosekuriti yang amat ketat.

Menurut dia, temuan SFA terkait virus ASF yang menjangkiti babi dari Pulau Bulan yang terjangkit ASF perlu diverifikasi lagi.

”Hingga tiga hari ke depan tim dari sejumlah instansi melakukan surveilans di Pulau Bulan. Sebaiknya kita tunggu dulu hasil surveilans mereka untuk menyimpulkan apakah ASF benar-benar menjangkiti babi-babi di Pulau Bulan,” ucap Aris.( Kompas/ Pit )

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *