TANJUNGPINANG, GURINDAM.TV — Judi online, kasino, penipuan siber, dan perdagangan manusia di Kamboja telah menjadi masalah serius yang saling terkait. Laporan dari berbagai organisasi internasional seperti UN Office on Drugs and Crime (UNODC) dan United States Institute of Peace mengungkapkan bahwa kasino di negara ini berfungsi sebagai sarang bagi sindikat kejahatan yang terlibat dalam penipuan siber dan perdagangan manusia. Dalam konteks ini, kasino bukan hanya tempat hiburan, tetapi juga pusat kegiatan ilegal yang merugikan banyak orang.
Kasino dan resor di Kamboja, seperti NagaWorld dan Queenco Hotel & Casino, diduga terlibat dalam kejahatan siber skala besar. Sindikat kejahatan memanfaatkan infrastruktur kasino dan zona ekonomi khusus (SEZ) untuk menjalankan operasi penipuan siber yang canggih. Menurut laporan UNODC, “Kasino-kasino ini beroperasi dengan pengawasan yang minim dan korupsi yang merajalela, memungkinkan sindikat kejahatan untuk beroperasi tanpa hambatan.”
Operasi penipuan ini melibatkan pencucian uang dalam jumlah besar, yang berasal dari penipuan yang dilakukan terhadap korban di berbagai negara, termasuk Indonesia sampai Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa nilai perputaran uang dalam bisnis kasino ini mencapai miliaran dolar setiap tahunnya, dengan sebagian besar uang tersebut berasal dari aktivitas ilegal yang berhubungan dengan penipuan siber.
Kasino dan Penipuan Siber
Kasino di Kamboja berfungsi sebagai tempat bagi sindikat kejahatan untuk melakukan aktivitas penipuan siber. Mereka merekrut korban perdagangan manusia dengan janji pekerjaan yang menggiurkan, tetapi kemudian memaksa mereka untuk melakukan penipuan online. Korban-korban ini sering kali tidak memiliki cara untuk melarikan diri karena dokumen perjalanan mereka disita dan mereka terjebak dalam kondisi kerja yang sangat buruk.
Setelah tiba di Kamboja, banyak dari mereka dipaksa untuk bekerja selama berjam-jam setiap hari, melakukan penipuan online yang merugikan orang lain. Mereka yang menolak untuk mematuhi sering kali mengalami kekerasan fisik dan penyiksaan. Jumlah korban diperkirakan mencapai puluhan ribu, bahkan mungkin lebih dari 100.000 orang, dengan berbagai kewarganegaraan. Penipuan ini sering kali dilakukan dengan cara yang terselubung, melalui iklan pekerjaan palsu yang menjanjikan gaji tinggi dan kondisi kerja yang baik.
( Foto : casino di kamboja AFP )
WNI Jadi Korban
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) melalui Judha Nugraha, yang menjabat sebagai Direktur Pelindungan WNI dan BHI, menginformasikan adanya peningkatan yang signifikan pada jumlah WNI di Kamboja yang terlibat dalam kasus penipuan online (online scam).
Pada tahun 2023, tercatat ada 2.321 kasus, yang menunjukkan kenaikan sebesar 122,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total kasus tersebut, sebanyak 1.761 kasus atau 77 persen berkaitan dengan penipuan online.
“Ini memberikan gambaran kepada kita semua mengenai magnitude (besarnya) kasus-kasus, terutama yang terkait dengan penipuan online di Kamboja,” kata Judha, Desember 2024 lalu.
(Foto : penipuan online di kamboja GDI )
Perdagangan Manusia di Kasino
Perdagangan manusia di Kamboja sering kali berkaitan erat dengan operasi kasino. Banyak dari korban ini direkrut melalui media sosial dan situs web pekerjaan yang menjanjikan peluang kerja yang menggiurkan. Namun, setelah tiba di lokasi, mereka menemukan bahwa mereka telah terjebak dalam jaringan kejahatan yang memaksa mereka untuk melakukan penipuan siber.
Proses perekrutan ini sangat terorganisir, dengan sindikat yang menggunakan berbagai metode untuk menarik korban. Mereka sering kali menawarkan gaji yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang dapat diperoleh di negara asal korban. Namun, setelah tiba, mereka dipaksa untuk bekerja dalam kondisi yang sangat buruk dan tanpa kompensasi yang layak.
Upaya Pemerintah Kamboja
Pemerintah Kamboja telah mengakui masalah ini dan mengumumkan pembentukan sebuah komite tugas gabungan antar kementerian untuk memerangi operasi penipuan online dan menyelamatkan korban. Namun, keberhasilan upaya ini masih diragukan, mengingat skala operasi kejahatan yang besar dan tingkat korupsi yang tinggi di dalam institusi pemerintah.
Organisasi-organisasi non-pemerintah (NGO) mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan nyata dan efektif dalam memberantas kejahatan ini. Mereka menekankan perlunya peningkatan pengawasan terhadap kasino dan penegakan hukum yang lebih ketat untuk melindungi korban perdagangan manusia. Tanpa tindakan yang lebih tegas, situasi ini akan terus berlanjut dan semakin memburuk. ( Med/ Red )
No comment